Kenali dan Prediksi Risiko Kebangkrutan Lewat Z-Score



KENALI DAN PREDIKSI RISIKO KEBANGKRUTAN LEWAT Z-SCORE

Oleh : Ina Rizqiyana

 
Kebangkrutan dan menjadi bangkrut adalah penyakit yang dihindari oleh para pebisnis. Berbagai cara akan dilakukan oleh mereka untuk mempertahankan keutuhan perusahaan dan meminimalisasi risiko kebangkrutan. Lantas, mengapa kita harus memprediksi kebangkrutan? Mengapa perusahaan harus menghabiskan sejumlah dana untuk memprediksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan? Kenapa memprediksi kebangkrutan menjadi suatu hal yang penting?

Sebelum itu, mari kita kenali definisi dan konsep kebangkrutan terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebangkrutan (Bankruptcy) diartikan sebagai keadaan dimana perusahaan tidak mampu untuk membayar utang-utangnya. Sedangkan menurut Kamus Ekonomi Uang dan Bank, bangkrut didefinisikan sebagai suatu kondisi yang dinyatakan secara hukum tentang suatu perusahaan yang jatuh pailit, yaitu bila total pasivanya melebihi nilai total aktivanya, sehingga kekayaan yang dimiliki perusahaan itu sendiri adalah negative. Dari kedua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebangkrutan adalah kondisi dimana perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya dan tidak dapat memperoleh profit secara maksimal.

Kembali ke pertanyaan sebelumnya, mengapa memprediksi kebangkrutan menjadi suatu hal yang penting? Karena kebangkrutan yang umumnya bersifat mendadak. Bayangkan, jika anda berada di posisi stakeholder sebuah perusahaan yang mengalami kebangkrutan, pernyataan yang mungkin terbersit di benak anda adalah, “Jika saja saya tahu bahwa hal ini akan terjadi, saya akan mempersiapkan semuanya”. Ya, setiap stakeholder tentu saja berharap dapat mengetahui bahwa perusahaan akan bangkrut, sehingga meraka dapat melakukan langkah yang diharapkan. Itulah fungsi dari prediksi kebangkrutan, sebagai peringatan dini sekaligus persiapan strategi.

Lebih lanjut lagi, prediksi kebangkrutan menjadi sangat penting ketika dikaitkan dengan pihak investor. Mengapa? Karena investor perlu memastikan bahwa investasi mereka tidak terbuang sia-sia, salah satunya adalah dengan memastikan bahwa perusahaan memiliki keberlangsungan usaha yang menjanjikan. Keberlangsungan usaha ini sangat terkait dengan kemampuan perusahaan untuk melunasi utang, membiayai kegiatan operasional atau bisnis utamanya dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Jika perusahaan dapat memprediksi kebangkrutannya, maka perusahaan dapat mempersiapkan strategi untuk keberlangsungan usahanya.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, dengan cara seperti apa kita dapat memprediksi suatu kebangkrutan?

Kebangkrutan dapat dilihat dan diukur melalui analisis kebangkrutan. Adapun sumber analisis kebangkrutan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan juga kondisi aliran kas untuk saat ini serta aliran kas untuk masa mendatang. Bagi perusahaan yang sudah listing di bursa, sumber informasi lain yang cukup akurat adalah rating. Perusahaan dengan rating tertinggi, yang ditunjukan dengan kode AAA (Highest Grade) dianggap sebagai perusahaan yang memiliki kemungkinan kecil untuk benar-benar bangkrut. Sebaliknya, perusahaan dengan kode D (Default) memiliki rating yang terendah dan rentan terhadap kebangkrutan. Cara tersebut adalah cara yang paling mudah bagi orang awam atau calon investor yang ingin mengetahui kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan tanpa harus menghitung rasio-rasio keuangan yang berkaitan dengan analisis kebangkrutan.

Ada satu lagi cara yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dan cara ini sangat banyak diaplikasikan oleh beberapa perusahaan di Indonesia. Adalah Model Altman Z-Score, cara untuk memprediksi kebangkrutan yang banyak digunakan oleh para investor, peneliti ataupun stakeholder sebagai  sarana  untuk  mengukur  kesehatan  keuangan  perusahaan. Model ini merupakan salah satu model analisis multivariate dengan tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Adapun variabel bebas dalam analisis ini adalah rasio-rasio keuangan yang diperkirakan akan mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan, yaitu (1) Net Working Capital to Total Asset sebagai X1, (2) Retained Earnings to Total Assets sebagai X2, (3) Earning Before Interest and Tax to Total Asset sebagai X3, (4) Market Value of Equity to Book Value of Debt sebagai X4, dan (5) Sales to Total Asset sebagai X5.

Formula dari Model Altman Z-Score adalah penjumlahan dari seluruh rasio keuangan di atas yang setiap rasionya dikalikan dengan konstanta tertentu. Lebih jelasnya, formula dari Model Altman Z-Score adalah sebagai berikut: Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5. Perusahaan yang memiliki nilai Z-Score di atas 2,99 dinyatakan sebagai perusahaan yang memiliki kemungkinan kecil untuk bangkrut. Sebaliknya, perusahaan dinyatakan memiliki kemungkinan besar untuk bangkrut jika nilai Z-Score-nya berada di bawah angka 1,81 dan berada dalam kondisi ambigu jika nilai Z-Score-nya berada di antara 1,81-2,99.

Dari formula tersebut dapat diketahui bahwa Altman Z-Score memiliki korelasi positif terhadap rasio keuangan yang berbasis Total Assets (Total Aktiva). Jika rasio-rasio keuangan ini naik, maka angka atau skor pada Z-Score akan semakin tinggi dan probabilitas kebangkrutan semakin turun. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan aset atau sumber daya yang optimal dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kebangkrutan dan memiliki peran utama dalam mencegahnya. Disusul oleh laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) diposisi kedua, sebagai salah satu faktor yang memiliki porsi terbesar dalam menentukan apakah perusahaan dalam kategori bangkrut atau tidak.

Kesimpulannya, semakin dini suatu perusahaan memperoleh peringatan akan kebangkrutan, semakin baik bagi perusahaan untuk meminimialisasi risiko dan memperbaiki kekurangan yang berkaitan dengan keberlangsungan usaha di masa mendatang. Analisis Altman Z-Score adalah salah satu model yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan. Salah satu kelebihan analisis ini adalah perusahaan dapat sekaligus mengetahui tingkat kesehatan keuangan perusahaanya dan dapat memperbaikinya jika nilai Z perusahaan masuk dalam kategori rawan bangkrut. 



Warm regard,



0 comments:

Post a Comment