Hai dunia! Hai para pembaca dan para stalker yang
sengaja atau tidak sengaja membaca postingan-postingan saya! Apa kabar?
Tjiyeee, udah tahun 2017 ajaaa, udah bulan April pula, time flies so fassssttt! But wait,
biarpun 2016 udah lewat, kali ini, saya akan membahas sedikit tentang 2016,
katakanlah ini semacam do throwback!
Wohooo 2016!
Ketika berbicara tentang 2016, hal pertama yang muncul di benak saya adalah keputusan saya untuk double organisasi. Mungkin hal ini sudah biasa bagi banyak orang, karena, well, saya akui, banyak orang yang mengikuti dua atau lebih organisasi di luar sana dan mereka baik-baik saja. Maksud baik-baik saja di sini adalah mereka tetap bisa memanajemen waktu mereka dan memiliki prioritas imbang atas organisasi-organisasi yang mereka ikuti #hatsup!
Bagaimana dengan saya? Saya akui, mengikuti dua organisasi bukanlah kali pertama bagi saya, bahkan sebelum ini, saya pernah merasakan double organisasi dan i got all things double, such as experiences, life lessons and many more. Iya, benar, ada enak dan tidaknya ketika kamu memutuskan untuk double organisasi. Bagi saya, setiap hal di dunia ini memiliki konsep impas. Ketika kamu mendapatkan double, maka kamu akan mengeluarkan double, kurang lebih seperti itu (wihhh, you can copy that sentence as qotd, hahahaha :D).
But heyy, saya tidak akan membahas tentang double organisasi di sini, karena dalam postingan ini, saya akan membagikan tentang kenangan dan kesan yang saya dapatkan dari dua organisasi yang saya ikuti di tahun 2016. Yepp, pada tahun 2016, saya diberi kesempatan untuk ikut berkontribusi dalam kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM KM Unnes) 2016 dan Unnes Stock Exchange Study Forum (Unssaf) 2016. Tentu saja, dua organisasi yang memiliki backgroud, culture, dan ruang lingkup yang berbeda ini telah membantu saya dalam proses upgrade diri.
Ketika berbicara tentang 2016, hal pertama yang muncul di benak saya adalah keputusan saya untuk double organisasi. Mungkin hal ini sudah biasa bagi banyak orang, karena, well, saya akui, banyak orang yang mengikuti dua atau lebih organisasi di luar sana dan mereka baik-baik saja. Maksud baik-baik saja di sini adalah mereka tetap bisa memanajemen waktu mereka dan memiliki prioritas imbang atas organisasi-organisasi yang mereka ikuti #hatsup!
Bagaimana dengan saya? Saya akui, mengikuti dua organisasi bukanlah kali pertama bagi saya, bahkan sebelum ini, saya pernah merasakan double organisasi dan i got all things double, such as experiences, life lessons and many more. Iya, benar, ada enak dan tidaknya ketika kamu memutuskan untuk double organisasi. Bagi saya, setiap hal di dunia ini memiliki konsep impas. Ketika kamu mendapatkan double, maka kamu akan mengeluarkan double, kurang lebih seperti itu (wihhh, you can copy that sentence as qotd, hahahaha :D).
But heyy, saya tidak akan membahas tentang double organisasi di sini, karena dalam postingan ini, saya akan membagikan tentang kenangan dan kesan yang saya dapatkan dari dua organisasi yang saya ikuti di tahun 2016. Yepp, pada tahun 2016, saya diberi kesempatan untuk ikut berkontribusi dalam kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM KM Unnes) 2016 dan Unnes Stock Exchange Study Forum (Unssaf) 2016. Tentu saja, dua organisasi yang memiliki backgroud, culture, dan ruang lingkup yang berbeda ini telah membantu saya dalam proses upgrade diri.
Nah, tulisan ini nantinya akan terbagi dalam dua bagian atau dua part. Postingan ini adalah bagian pertama yang kemudian saya beri judul, “Kominfo : Antara Etika dan Estetika.”
Apasih Kominfo?
Kominfo adalah salah satu Biro di BEM KM Unnes dan memiliki kepanjangan Komunikasi dan Informasi. Yess, sesuai dengan namanya, tugas utama dari Biro ini adalah sebagai wadah komunikasi dan informasi bagi seluruh elemen kampus serta mem-branding segala kegiatan yang berkaitan dengan universitas. Intinya, segala urusan tentang design, caption, sosial media, blog dan dokumentasi, itu semua adalah urusan yang tidak akan pernah jauh dari tangan Biro Kominfo. Yeep! Biro Kominfo adalah biro terlengkap dan terkompleks menurut saya.
Bangga enggak sihhh jadi bagian dari Kominfo?
That’s one question i really want to answer. Jika ada yang bertanya, “Bangga nggak sihh jadi bagian dari Kominfo, Na?” Dengan tegas, saya akan menjawab, “Bangga donk!” Why? Berarti kamu enjoy donk dengan peran kamu sebagai orang di balik layar? Bukan masalah enjoy atau tidak sihhh, bahkan seseorang yang menjalani passion-nya saja terkadang menemui masa dimana ia merasa jenuh dan tidak enjoy dengan apa yang dia lakukan. Well, menurut saya, ini semua bukan tentang ke-enjoy-an, tetapi tentang pilihan, benar bukan? Yeep, saya memilih Kominfo, karena saya yakin, darinya, saya akan mendapatkan pelajaran yang tidak akan saya dapatkan dari Biro atau Kementerian lain (tsaadeesss!!!).
Ada penyesalan yang muncul nggak setelah kamu memilih Kominfo?
Hmm, menyesal atau tidak adalah persoalan waktu dan emosi (mengutip kutipan teman saya donk! :D). Perjalanan saya selama di Kominfo ibarat lintasan roller coaster. Ada masa dimana saya berada pada titik ter-paling-bahagia menjadi Kominfo dan ada masa dimana saya merasa bahwa saya jenuh dengan Kominfo dan saya menyesal. Well, saya sudah melewati masa-masa itu, masa-masa bahagia, jenuh, bosan, nyesel, kesal, lelah, marah, bahkan sempat membandingkan Kominfo dengan Kementerian lain, tapi entah mengapa, saya selalu berakhir dengan pernyataan, “Ahh, untung dulu milih Kominfo!” atau “Thanks God, I am part of Kominfo!” Kurang lebih begitu. Gimana? Bisa ditarik kesimpulan sendiri bukan?
Kominfo : Antara Etika dan Estetika
This is it! We finally come to the main point of this post! Jadi gini, etika adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan baik atau buruk yang kemudian merujuk pada tindakan dan perilaku manusia. Tidak berbeda jauh dengan etika, estetika membahas tentang indah atau tidaknya sesuatu yang merujuk pada seni dan karya. Keduanya tidak sama, tetapi keduanya tidak benar-benar berbeda. Baik etika ataupun estetika, mereka bernilai relatif dan belum ada satuan universal yang mengikat keduanya. Don’t you get it? Yep, singkatnya, etika berhubungan dengan attitude dan estetika berhubungan dengan art.
Kedua hal itu, baik etika ataupun estetika, diperlukan oleh Kominfo. Paling tidak, saya menyadari bahwa dua hal itu penting keberadaannya bagi Kominfo.
Pertama, bukan hal asing lagi bagi Kominfo, khususnya yang tergabung dalam tim peng-caption-an dan peng-redaksi-an untuk menyusun serta meninjau kembali kalimat yang akan dirilis ke sosial media atau blog. Di sinilah Kominfo mengedepankan etika. Dalam artian yang lebih simple, Kominfo merilis kalimat yang tidak mengandung unsur-unsur SARA dan mengancam perpecahan (eitsahhh!). Etika juga diperlukan ketika Kominfo memberi jawaban pada semua pertanyaan (termasuk kritik, saran, pernyataan sinis, dll) yang masuk ke akun BEM KM Unnes. Kamu juga harus tetap tenang meskipun kamu hampir membanting smartphone kamu saat menanggapi pertanyaan atau komentar mereka, and wihhh ini yang paling sulit, percayalah!!!
Why? Jadi, ada sedikit cerita, saya pernah membuat sedikit kesalahan dalam membuat caption (Well, padahal sudah saya koreksi berkali-kali) and then langsung muncul komentar. Bukannya komentar yang bermaksud “ngingetin”, tapi justru komentar yang lebih ke menyudutkan, seolah mengatakan, “Gimana sihh adminnya? Enggak be*cus nihh!” Begitu! Atau mungkin hanya perasaan saya saja? Ah entahlahh, yang jelas waktu itu saya sempat culture shock, i mean SHOCK! Ohhiya, kebetulan juga, kondisi waktu itu masih (sedikit) panas, kabinet baru terbentuk dan atmosfir Pemira masih sedikit terasa dengan (mayoritas) kontranya. Thats why, saya merasa bahwa komentar itu sedikit berisi sindiran dan sedikit menyudutkan. Time flies, saya menjadi terbiasa dengan hal semacam itu, hahaha!
Kedua, masih menjadi ciri khas dari Kominfo, apalagi kalau bukan design. Yepp, mulai dari pamflet, banner dan logo acara, semuanya menjadi tanggung jawab Kominfo. Sudut estetika adalah fokus utama Kominfo dalam urusan ini. Selain estetika, Kominfo juga tetap mengedepankan etika dalam urusan design kok, termasuk susunan kata dan unsur grafis yang ada di dalamnya. Belum lagi masalah dokumentasi, estetika sangat diperlukan untuk bagian ini dan saya akui, kemampuan saya dalam urusan photography masih belum se-tjiamik mereka (para expert-nya Kominfo di bidang jepret-jepret). Makanya, kalau ada yang bilang, “Ini Na, kameranya pegang kamu,” jawaban termutlak dan yang sering sekali keluar dari mulut saya adalah, “Lahh, jepretanku enggak sekeren itu, gapapa yaaa?”
In fact, saya bukan alergi dengan kamera. Saya hanya merasa bahwa tingkat kekerenan saya dalam hal jepret-jepret masih berada di level bawah mereka. Kalaupun hasil jepretan saya keren, itu karena momennya yang pas dan sebuah “kebetulan” yang sangat “kebetulan” (???). Anyway, terima kasih Kominfo, meskipun sense photography saya belum se-tjiamik itu, kepercayaan-diri saya untuk urusan photography sedikit ter-upgrade, hehehe.
Begitulah Kominfo di mata saya. Ada banyak hal yang saya dapatkan dan ada banyak pelajaran yang secara tidak langsung sudah terserap dalam kehidupan saya. Selain belajar mengkolaborasikan Etika dan Estetika, saya juga belajar bagaimana rasanya menjadi orang di balik layar dan bekerja cepat tanpa dilihat banyak orang. Iya, bisa dibilang, saya tipikal orang yang memiliki kecenderungan work in silence, tetapi di Kominfo, saya semakin menyadari bahwa work in silence bukan suatu penyakit atau kebiasaan buruk, that’s just the type of your work and that’s an art. Itu menjadi sebuah art atau seni karena tidak semua orang menguasainya, tidak semua orang nyaman dengan menjadi orang di balik layar.
To sum up, di akhir postingan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih untuk Kominfo BEM KM Unnes 2016. Terima kasih atas pelajarannya dan maafkan kekurangan yang selama ini saya bawa, termasuk tugas design yang rampung mepet deadline, juga mood yang susah diprediksi, aihhh satu lagi, maafkan karena ada masa di mana saya memprioritaskan KSPM. Ehh, do not worry! Ada masa dimana saya juga memprioritaskan kalian kokk (mungkin lebih banyak ke kalian sihh, tapi enggak lebih banyak dari kuliah lahh! Hahaha).
Sebelum postingan ini berakhir, kenalin nihhh, tagline Kominfo yang mendunia (mendunia tingkat internal Kominfo donkk yaaa), apalagi kalau bukan “WANI PERIH!!!” Berhubung kita udah demisioner, tagline-nya berubah menjadi “TETAP PERIH!!!” Hahaha. Terima kasih yaaa Aufa, Mbak Amal, Mas Hadi, Mas Fufu, Mas Yahya, Ervan, Mas Ganang dan juga Ismet (Well, ketemunya Ismet cuman pas raker doank, dia di Tegal sih yaaa!) Goodbye! See you in another good moment!
Warm regard,
0 comments:
Post a Comment